Pada masa sekarang mayoritas kaum muslim
(as-sawad al a’zham) adalah bagi siapa saja
yang mengikuti para ulama yang sholeh yang
mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang
empat.
Allah ta’ala berfirman yang artinya
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni
bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui” (QS Fush shilat [41]:3)
“Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.” [QS. an-Nahl : 43]
Al Qur’an adalah kitab petunjuk namun kaum
muslim membutuhkan seorang penunjuk.
Al Qur’an tidak akan dipahami dengan benar
tanpa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
sebagai seorang penunjuk
Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau
Allah tidak memberi kami petunjuk.
Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan
kami, membawa kebenaran“. (QS Al A’raf [7]
:43)
Secara berjenjang, penunjuk para Sahabat
adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Penunjuk para Tabi’in adalah para Sahabat.
penunjuk para Tabi’ut Tabi’in adalah para
Tabi’in dan penunjuk kaum muslim sampai
akhir zaman adalah Imam Mazhab yang empat
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam mengadu kepada Tuhan: “Aku akan
meninggalkan dunia ini, Aku akan meninggalkan
umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka
setelahku? Bagaimana nasib mereka
sesudahku?”
Allah ta’ala lalu menurunkan firman-Nya :
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaanii wal
qur’aana al’azhiima
“Kami telah mengaruniakanmu Assab’ul-
matsani dan al-Qur’an yang agung.” (QS Al
Hijr [15]:87)
Assab’ul-matsani dan al-Qur’an, dua pegangan
yang menyelamatkan kita dari kesesatan, dua
perkara yang telah membuat Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam tenang
meninggalkan umat.
Al Qur’an kita telah mengetahuinya lalu apakah
yang dimaksud dengan Assab’ul-matsani ?
“Sab’an minal-matsani” terdiri dari tiga kata;
Sab’an, Min dan al-Matsani. Sab’an berarti
tujuh. Min berarti dari. Sementara al-Matsani
adalah bentuk jama’ dari Matsna yang artinya
dua-dua. Dengan demikian maka Matsani
berarti empat-empat (berkelompok-kelompok,
setiap kelompok terdiri dari empat).
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutkan
bahwa Assab’ul-matsani itu adalah surat
Fatihah. Itu benar, namun yang dimaksud oleh
hadits tersebut adalah bahwasanya Assab’ul-
matsani (tujuh kelompok) itu telah diisyaratkan
oleh salah satu ayat dalam surat Fatihah,
tepatnya pada firman-Nya yang artinya “Ya
Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang Engkau karuniai
nikmat“. (QS Al Fatihah [1]:6-7)
Mereka itulah Assba’ul-matsani, sebagaimana
firman Allah yang artinya, “Orang-orang yang
dikaruniai nikmat oleh Allah adalah: Para nabi,
para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang
shalih, mereka itulah sebaik-baik teman“. (QS
An Nisaa [4]: 69)
Imam Mazhab yang empat termasuk assab’ul-
matsani yakni orang-orang yang telah
dikaruniai nikmat oleh Allah ta’ala sehingga
berada pada jalan yang lurus dan menjadi
seorang penunjuk yang patut untuk diikuti
dalam memahami kitab petunjuk (Al Qur’an)
sehingga menyelamatkan kita dari kesesatan
serta menghantarkan kita mencapai kebahagian
dunia dan akhirat.
Tentulah kita mengikuti atau taqlid kepada
Imam Mazhab yang empat dengan merujuk
kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Imam
Mazhab yang empat patut untuk diikuti oleh
kaum muslim karena jumhur ulama telah
sepakat dari dahulu sampai sekarang sebagai
para ulama yang berkompetensi sebagai Imam
Mujtahid Mutlak, pemimpin atau imam ijtihad
dan istinbat kaum muslim.
Kelebihan lainnya, Imam Mazhab yang empat
adalah masih bertemu dengan Salafush Sholeh.
Contohnya Imam Syafi”i ~rahimahullah adalah
imam mazhab yang cukup luas wawasannya
karena bertemu atau bertalaqqi (mengaji)
langsung kepada Salafush Sholeh dari berbagai
tempat, mulai dari tempat tinggal awalnya di
Makkah, kemudian pindah ke Madinah, pindah
ke Yaman, pindah ke Iraq, pindah ke Persia,
kembali lagi ke Makkah, dari sini pindah lagi ke
Madinah dan akhirnya ke Mesir. Perlu
dimaklumi bahwa perpindahan beliau itu
bukanlah untuk berniaga, bukan untuk turis,
tetapi untuk mencari ilmu, mencari hadits-
hadits, untuk pengetahuan agama. Jadi tidak
heran kalau Imam Syafi’i ~rahimahullah lebih
banyak mendapatkan hadits dari lisannya
Salafush Sholeh, melebihi dari yang didapat
oleh Imam Hanafi ~rahimahullah dan Imam
Maliki ~rahimahullah
Imam Mazhab yang empat adalah para ulama
yang sholeh dari kalangan “orang-orang yang
membawa hadits” yakni membawanya dari
Salafush Sholeh yang meriwayatkan dan
mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
Jadi kalau kita ingin ittiba li Rasulullah
(mengikuti Rasulullah) atau mengikuti
Salafush Sholeh maka kita menemui dan
bertalaqqi (mengaji) dengan para ulama yang
sholeh dari kalangan “orang-orang yang
membawa hadits”.
Para ulama yang sholeh dari kalangan “orang-
orang yang membawa hadits” adalah para
ulama yang sholeh yang mengikuti salah satu
dari Imam Mazhab yang empat.
Para ulama yang sholeh yang mengikuti dari
Imam Mazhab yang empat adalah para ulama
yang sholeh yang memiliki ketersambungan
sanad ilmu (sanad guru) dengan Imam Mazhab
yang empat atau para ulama yang sholeh yang
memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam
Mazhab yang empat.
Jadi bermazhab dengan Imam Mazhab yang
empat adalah sebuah kebutuhan bagi kaum
muslim yang tidak lagi bertemu dengan
Rasulullah maupun Salafush Sholeh.
Memang ada mazhab yang lain selain dari
Imam Mazhab yang empat namun pada
kenyataannya ulama yang memiliki ilmu
riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang
lain sudah sukar ditemukan pada masa kini.
Zon jonggol
Artikel keren lainnya: