Blog Aswaja Modern : Ahlussunnah Wal Jamaah Zaman Now Kembali Kepada Quran dan Hadits
  • Home
  • Menu
  • Menu 1
  • Menu 2
  • Menu 3
Beranda » MEMBONGKAR KEDUSTAAN ULAMA WAHABI » KEDUSTAAN FIRANDA

KEDUSTAAN FIRANDA

Firanda merasa bangga seolah telah menggapai cita- 
cita besarnya selama ini karena merasa telah berhasil 
mematahkan argumentasi Habib Mundzir terkait 
persoalan seputar kuburan. Merasa paling alim, paling 
pandai atas semua ucapan para ulama syafi’iyyah. 
Padahal argumentasinya penuh penipuan dan 
kedangkalan cara berpikirnya terhadap Hadits-Hadits 
Nabi Saw dan ucapan para ulama Ahlus sunnah. 
Sebentar lagi kita akan ketahui penipuan firanda dan 
kedangkalan pikirannya terhadap Hadits-hadits Nabi 
Saw dan ucapan para ulama yang dia sebutkan dalam 
artikelnya tersebut dalam situsnya : http:// 
firanda.com/index.php/artikel/bantahan/187 
Firanda berkata : 
Perkataan Al-Baidhowi tentang bolehnya beribadah di 
kuburan dalam rangka mencari keberkahan 
bertentangan dengan seluruh dalil yang menunjukan 
larangan menjadikan kuburan sebagai masjid, karena 
hadits-hadits tersebut melarang sholat di kuburan 
secara mutlak, tanpa membedakan niat mencari berkah 
atau tidak. 
Jawaban : 
Terlihat jelas kedangkalan Firanda di dalam memahami 
ucapan imam Baidhawi tersebut. Imam Baidhawi sama 
sekali tidak menghalalkan menjadikan kuburan sebagai 
masjid atau tempat peribadatan, karena sudah jelas 
nash hadits yang melarangnya : 
ﻟﻌﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻧﺒﻴﺎﺋﻬﻢ ﻣﺴﺎﺟﺪ 
“ Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi 
dan Nashoro, sebab mereka telah menjadikan 
kuburan para nabi seperti tempat sujud “. 
Beliau memang mengharamkan menjadikan kuburan 
sebagai masjid yang di atasnya dibuat tempat ibadah 
dan sholat di atasnya. 
Yang diperbicangkan oleh imam Baidhawi adalah di 
luar ancaman hadits tersebut yaitu menjadikan masjid 
di samping kuburan orang yang shalih, perhatikan 
ucapan beliau berikut : 
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﻴﻀﺎﻭﻱ : ﻟﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻳﺴﺠﺪﻭﻥ ﻟﻘﺒﻮﺭ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ 
ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﺸﺄﻧﻬﻢ ﻭﻳﺠﻌﻠﻮﻧﻬﺎ ﻗﺒﻠﺔ ﻭﻳﺘﻮﺟﻬﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ 
ﻧﺤﻮﻫﺎ ﻓﺎﺗﺨﺬﻭﻫﺎ ﺃﻭﺛﺎﻧﺎ 
ﻟﻌﻨﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﻣﻨﻊ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻦ ﻣﺜﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﻧﻬﺎﻫﻢ ﻋﻨﻪ 
Imam Baidhawi berkata : “ Ketika konon orang-orang 
Yahudi bersujud pada kuburan para nabi, karena 
pengagungan terhadap para nabi. Dan menjadikannya 
arah qiblat serta mereka pun sholat menghadap 
kuburan tsb, maka mereka telah menjadikannya 
sebagai sesembahan, maka Allah melaknat mereka dan 
melarang umat muslim mencontohnya. 
Catatan : 
Beliau berpendapat tidak membolehkan dan haram 
menjadikan kuburan sebagai tempat peribadatan, yang 
mereka agungkan dengan bersujud pada kuburan dan 
menjadikan kuburan itu sebagai arah qiblat. 
Dan lihatlah kelanjutan ucapan beliau tersebut berikut 
ini : 
ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﺗﺨﺬ ﻣﺴﺠﺪﺍ ﺑﺠﻮﺍﺭ ﺻﺎﻟﺢ ﺃﻭ ﺻﻠﻰ ﻓﻲ ﻣﻘﺒﺮﺗﻪ ﻭﻗﺼﺪ 
ﺑﻪ ﺍﻻﺳﺘﻈﻬﺎﺭ ﺑﺮﻭﺣﻪ ﻭﻭﺻﻮﻝ ﺃﺛﺮ ﻣﻦ ﺁﺛﺎﺭ ﻋﺒﺎﺩﺗﻪ ﺇﻟﻴﻪ ﻻ 
ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻟﻪ ﻭﺍﻟﺘﻮﺟﻪ ﻓﻼ ﺣﺮﺝ ﻋﻠﻴﻪ ، ﺃﻻ ﺗﺮﻯ ﺃﻥ ﻣﺪﻓﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ 
ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻄﻴﻢ ، ﺛﻢ ﺇﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺃﻓﻀﻞ 
ﻣﻜﺎﻥ ﻳﺘﺤﺮﻯ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﺑﺼﻼﺗﻪ . 
ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻣﺨﺘﺺ ﺑﺎﻟﻤﻨﺒﻮﺷﺔ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ 
ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻧﺘﻬﻰ 
" Adapun orang yang menjadikan masjid di sisi orang 
shalih atau sholat di perkuburannya dengan tujuan 
menghadirkan ruhnya dan mendapatkan bekas dari 
ibadahnya, bukan karena pengagungan dan arah qiblat, 
maka tidaklah mengapa. Tidakkah engkau melihat 
tempat pendaman nabi Ismail berada di dalam masjidil 
haram kemudian hathim ?? Kemudian masjidl haram 
tersebut merupaan tempat sholat yang sangat 
dianjurkan untuk melakukan sholat di 
dalamnya. Pelarangan sholat di perkuburan adalah 
tertentu pada kuburan yang terbongkar tanahnya 
karena terdapat najis “ 
Catatan : 
Imam Baidhawi membolehkan menjadikan masjid di 
samping makam orang sholeh atau sholat 
dipemakaman orang sholeh dengan tujuan meminta 
kepada Allah agar menghadirkan ruh orang sholeh 
tersebut dan dengan tujuan mendapatkan bekas dari 
ibadahnya, bukan dengan tujuan pengagungan 
terhadap makam tersebut atau bukan dengan tujuan 
menjadikannya arah qiblat. 
Jelas sekali hal ini di luar dari ancaman hadits Nabi 
Saw di atas. Maka terbukti si firanda tidak pandai 
memahami ucapan imam Baidhawi ini. Dan telah 
berbohong pada umat atas ucapannya bahwa 
pendapat imam Baidhawi menyelisihi hadits. 
Firanda juga berkata : 
Perkataan Al-Baidhoowi akan bolehnya sholat dekat 
kuburan dalam rangka mencari keberkahan 
bertentangan dengan kesepakatan para ulama besar 
madzhab As-Syafii. Padahal kita ketahui bersama 
bahwasanya orang-orang yang "hobi" memakmurkan 
kuburan dan sholat di kuburan di tanah air kita rata- 
rata mengaku bermadzhab As-Syafii. 
Jawaban : 
Firanda memahami ucapan imam Baidhawi 
bertentangan dengan kesepakatan ulama besar 
madzhab syafi’I, sebab kebodohannya di dalam 
memahami ucapan imam Baidhwi tersebut dan para 
ulama lainnya. 
Kita perhatikan berikut ini : 
ﻭﺍﺗﻔﻘﺖ ﻧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺑﻨﺎﺀ ﻣﺴﺠﺪ 
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﺸﻬﻮﺭﺍ ﺑﺎﻟﺼﻼﺡ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ، ﻟﻌﻤﻮﻡ 
ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ : ﻭﺗﻜﺮﻩ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺇﻟﻰ 
ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺻﺎﻟﺤﺎ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﻮ 
ﻣﻮﺳﻰ : ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺰﻋﻔﺮﺍﻧﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻭﻻ 
ﻳﺼﻠﻰ ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ ، ﻭﻻ ﻋﻨﺪﻩ ﺗﺒﺮﻛﺎ ﺑﻪ ﻭﺇﻋﻈﺎﻣﺎ ﻟﻪ ﻟﻸﺣﺎﺩﻳﺚ ، 
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ 
"Dan telah sepakat teks-teks dari As-Syafii dan juga 
Ash-haab (*para ulama besar madzhab syafiiyah) atas 
kemakruhan membangun masjid di atas kuburan, sama 
saja apakah sang mayat masyhur dengan kesholehan 
atau tidak karena keumuman hadits-hadits (*yang 
melarang). Asy-Syafii dan para Ash-haab berkata, " 
Dan dimakruhkan sholat ke arah kuburan, sama saja 
apakah sang mayat orang sholeh ataukah tidak". Al- 
Haafizh Abu Musa berkata, "Telah berkata Al-Imaam 
Abul Hasan Az-Za'farooni rahimhullah : Dan tidak 
boleh sholat ke arah kuburannya, baik untuk mencari 
barokah atau karena pengagungan, karena hadits- 
hadits Nabi, wallahu A'lam".(Demikian perkataan An- 
Nawawi dalam Al-Majmuu' syarh Al-Muhadzdzab 
5/289) 
Catatan : 
Jelas imam Syafi’I dan ulama syafi’iyyah hanya 
memakruhkan membangun masjid di atas kuburan baik 
kuburan orang sholeh atau bukan. Dan juga makruh 
sholat menghadap kuburan baik kuburan orang sholeh 
atau bukan. Namun lain persoalan jika sholat di 
samping kuburan orang sholeh, maka para ulama 
syafi’I sepakat dengan imam Baidhawi yaitu 
membolehkannya. Kecuali imam Abul Hasan az- 
Za’farooni. 
Imam Baidhwai dan imam Syafi’I juga para ulama syafi’i 
sepakat bahwa MAKRUH (TANZIH) hukumnya sholat di 
pekuburan bukan karena kaitannya dengan kuburan, 
namun kaitannya dengan masalah kenajisan 
tempatnya.. 
Simak kelanjutan ucapan imam Baidhawi berikut : 
ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻣﺨﺘﺺ ﺑﺎﻟﻤﻨﺒﻮﺷﺔ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ 
ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻧﺘﻬﻰ 
“ Pelarangan sholat di perkuburan adalah tertentu 
pada kuburan yang terbongkar tanahnya karena 
terdapat najis “ 
Huruf lam dalam kalimat tersebut berfaedah lit ta’lil 
(menjelasakan sebab). Arti kalimat itu adalah karena 
pada pekuburan yang tergali terdapat najis. Sehingga 
menyebabkan sholatnya tidak sah, apabila tidak tergali 
dan tidak ada najis, maka sholatnya sah dan tidak 
makruh. 
Oleh karenanya imam Ibnu Abdil Barr, menolak dan 
menyalahkan pendapat kelompok orang yang berdalil 
engan hadits pelaknatan di atas untuk melarang atau 
memakruhkan sholat di pekuburan atau menghadap 
pekuburan. Beliau berkata : 
ﻭﻗﺪ ﺯﻋـﻢ ﻗـﻮﻡ ﺃﻥّ ﻓﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻛﺮﺍﻫﻴّﺔ 
ﺍﻟﺼّﻼﺓ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻭﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ، ﻭﻟﻴـﺲ ﻓﻰ ﺫﻟﻚ ﺣُﺠﺔ 
“Sebagian kelompok menganggap hadits tersebut 
menunjukkan atas kemakruhan sholat di maqbarah / 
pekuburan atau mengarah ke maqbarah, maka hadits 
itu bukanlah hujjah atas hal ini “. 
Karena hadits di atas bukan menyinggung masalah 
sholat dipekuburan. Namun tentang orang yang 
menjadikan kuburan sebagai tempat peribadatan. 
Pendapat imam Ibnu Hajar al-Haitsami (ulama 
syafi’iyyah) : 
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ : ﺃﺷﺎﺭ ﺍﻟﺸﺎﺭﺡ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﺘﺸﻜﺎﻝ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻨﺪ ﻗﺒﺮ 
ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ، ﺑﺄﻧﻬﺎ ﺗﻜﺮﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ، ﻭﺃﺟﺎﺏ : ﺑﺄﻥ ﻣﺤﻠﻬﺎ ﻓﻲ 
ﻣﻘﺒﺮﺓ ﻣﻨﺒﻮﺷﺔ ﻟﻨﺠﺎﺳﺘﻬﺎ ، ﻭﻛﻠﻪ ﻏﻔﻠﺔ ﻋﻦ ﻗﻮﻟﻬﻢ : ﻳﺴﺘﺜﻨﻰ 
ﻣﻘﺎﺑﺮ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ، ﻓﻼ ﻳﻜﺮﻩ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻄﻠﻘﺎ ; ﻷﻧﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ 
ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ 
Ibnu Hajar berkata “ Pensyarah berisyarat pada 
kemusykilan sholat di sisi kuburan Nabi Ismail bahwa 
makruh sholat dipekuburan. Dan beliau menjawabnya 
“ Letak kemakruhannya adalah di pekuburan yang 
tergali karena kenajisannya. Semua itu kelalaian dari 
ucapan mereka “ Dikecualikan (sholat) di pekuburan 
para nabi, maka tidaklah dimakruhkan sholat di 
dalamnya secara muthlaq sebab para nabi itu hidup di 
dalam kuburan mereka “. 
Dan disebutkan pula dalam kitab Mirqatil mafatih syarh 
Misykatul Mashabih berikut : 
ﻭﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺴﻨﺔ : ﺍﺧﺘﻠﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻓﻜﺮﻫﻬﺎ 
ﺟﻤﺎﻋﺔ ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺘﺮﺑﺔ ﻃﺎﻫﺮﺓ ﻭﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻃﻴﺒﺎ ، ﻭﺍﺣﺘﺠﻮﺍ ﺑﻬﺬﺍ 
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺑﻌﺪﻩ ، ﻭﻗﻴﻞ : ﺑﺠﻮﺍﺯﻫﺎ ﻓﻴﻬﺎ ، ﻭﺗﺄﻭﻳﻞ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ 
ﺃﻥ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﻣﻦ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﺧﺘﻼﻁ ﺗﺮﺑﺘﻬﺎ ﺑﺼﺪﻳﺪ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ 
ﻭﻟﺤﻮﻣﻬﺎ ، ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻃﺎﻫﺮﺍ 
ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﺰﺑﻠﺔ ﻭﺍﻟﻤﺠﺰﺭﺓ ﻭﻗﺎﺭﻋﺔ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ، ﻭﻓﻲ 
ﺍﻟﻘﺎﺭﻋﺔ ﻣﻌﻨﻰ ﺁﺧﺮ ، ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻤﺎﺭﺓ ﻳﺸﻐﻠﻪ ﻋﻦ 
ﺍﻟﺼﻼﺓ ، ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ : ﻭﻗﺪ ﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ 
ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ، ﻭﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻫﻞ ﻫﻮ 
ﻟﻠﺘﻨﺰﻳﻪ ﺃﻭ ﻟﻠﺘﺤﺮﻳﻢ ؟ ﻭﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﺍﻷﻭﻝ ، ﻭﻣﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ 
“ Di dalam syarh sunnah “ para ulama berbeda 
pendapat tentang hokum sholat dipekuburan, maka 
sebagian kelompok ulama memakruhkannya, walaupun 
tanahnya suci dan tempatnya baik, mereka berhujjah 
dengan hadits tersebut dan hadits setelahnya. Ada juga 
pendapat (qila) Boleh (tidak makruh) sholat di 
pekuburan dan menakwilkan hadits bahwa umumnya 
kedaan pekuburan itu bercampurnya tanah dengan 
nanah dan daging si mayat sedangkan larangan itu 
karena kenajisan tempatnya, jika tempatnya suci maka 
tidklah mengapa (sholat di dalamnya). Demikian juga 
tempat pembuangan sampah, penjagalan dan tempat 
jalan manusia, dan khusus tempat jalan ada alasan 
lainnya yaitu lalu lalangnya orang yang lewat dapat 
mengganggu kekhusyu’an sholat. Ibnu Hajar berkata “ 
Sungguh telah shahih bahwasanya Nabi Saw melarang 
sholat di pekuburan, namun para ulama berbeda 
pendapat dalam sifat pelarangannya, apakah 
larangannya bersifat tanzih (makruh tanzih) atau 
tahrim (makruh tahrim) ? Madzhab kami (madzhab 
syafi’i) adalah memilih yang pertama (yaitu MAKRUH 
TANZIH) sedangkan madzhab imam Ahmad memilih 
makruh tahrim “. 
Imam Ibnu hajar menegaskan pada kita bahwa 
madzhab syafi’I menghukumi makruh tanzih sholat di 
pekuburan dan cukuplah beliau mewakili pendapat 
para ulama syafi’iyyah dalam kemakruhan (tanzih) 
sholat dipekuburan. 
Imam Al-Qoori juga berkata masih dalam kitab Mirqah 
tersebut : 
ﻭﻗﻴﺪ " ﻋﻠﻴﻬﺎ " ﻳﻔﻴﺪ ﺃﻥ ﺍﺗﺨﺎﺫ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺑﺠﻨﺒﻬﺎ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ، 
ﻭﻳﺪﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﻮﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ : ﻟﻌﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ 
ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﻗﺒﻮﺭ ﺃﻧﺒﻴﺎﺋﻬﻢ ﻭﺻﺎﻟﺤﻴﻬﻢ ﻣﺴﺎﺟﺪ 
“ Nabi menggunakan kalimat ‘alaiha (di atas) 
memberikan faedah bahwa menjadikan masjid di 
sampingnya tidaklah mengapa. Dan menunjukkan atas 
yang demikian itu sabdanya Nabi Saw : Semoga Allah 
melaknat Yahudi dan Nashara yang menjadikan 
kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka 
sebagai masjid “. 
Pendapat imam Syarbini (ulama syafi’iyyah) : 
ﻭ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺸﺮﺑﻴﻨﻲ : ﻭﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ )ﺃﻱ ﺗﻜﺮﻩ( ﺑﺘﺜﻠﻴﺚ ﺍﻟﺒﺎﺀ 
)ﺍﻟﻄﺎﻫﺮﺓ ( ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ 
ﻳﺘﺤﻘﻖ ﻧﺒﺸﻬﺎ ﺃﻭ ﺗﺤﻘﻖ ﻭﻓﺮﺵ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺎﺋﻞ. ) ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ( 
ﻟﻠﺨﺒﺮ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﻣﻊ ﺧﺒﺮ ﻣﺴﻠﻢ } ﻻ ﺗﺘﺨﺬﻭﺍ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻣﺴﺎﺟﺪ { ﺃﻱ 
ﺃﻧﻬﺎﻛﻢ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺻﺢ ﺧﺒﺮ } ﻻ ﺗﺠﻠﺴﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﻻ ﺗﺼﻠﻮﺍ 
ﺇﻟﻴﻬﺎ{ ﻭﻋﻠﺘﻪ ﻣﺤﺎﺫﺍﺗﻪ ﻟﻠﻨﺠﺎﺳﺔ ﺳﻮﺍﺀ ﻣﺎ ﺗﺤﺘﻪ ﺃﻭ ﺃﻣﺎﻣﻪ ﺃﻭ 
ﺑﺠﺎﻧﺒﻪ ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻷﻡ ﻭﻣﻦ ﺛﻢ ﻟﻢ ﺗﻔﺘﺮﻕ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﺑﻴﻦ 
ﺍﻟﻤﻨﺒﻮﺷﺔ ﺑﺤﺎﺋﻞ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﻻ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻘﺪﻳﻤﺔ ﻭﺍﻟﺠﺪﻳﺪﺓ 
ﺑﺄﻥ ﺩﻓﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻭﻝ ﻣﻴﺖ ﺑﻞ ﻟﻮ ﺩﻓﻦ ﻣﻴﺖ ﺑﻤﺴﺠﺪ ﻛﺎﻥ ﻛﺬﻟﻚ , 
ﻭﺗﻨﺘﻔﻲ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﺣﻴﺚ ﻻ ﻣﺤﺎﺫﺍﺓ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﺒﻌﺪ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ 
ﻋﻨﻪ ﻋﺮﻓﺎ ﺃﻣﺎ ﻣﻘﺒﺮﺓ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻓﻼ ﺗﻜﺮﻩ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﻷﻧﻬﻢ ﺃﺣﻴﺎﺀ 
ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻓﻼ ﻧﺠﺎﺳﺔ . 
ﺍﻫـ 
Al-Allamah Asy-Syarbini berkata “ Dan pekuburan yang 
suci maksudnya makruh sholat di dalamnya, selain 
pekuburan para nabi sekiranya bongkaran kuburannya 
tidak nyata atau terbongkar namun dibebrkan 
penghalang di atasnya. Wallahu a’lam karena ada 
hadits yang berlalu dan bersama hadits riwayat Muslim 
berikut “ Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai 
masjid “ artinya aku melarang kalian tas yang demikian 
itu. Dan juga ada hadits shahih “ Janganlah duduk di 
atas kubura dan jangn pula sholat menghadapnya. Illat 
(sebab pelarangan) adalah karena SEJAJAR DENGAN 
NAJIS baik apa yang ada di bawahnya, depan atau 
sampingnya, hal ini telah di tetapkan dalam kitab al- 
Umm (karya imam Syafi’i). dari sanalah kemakruhan 
tidak berbeda bai antara kuburan yang terbongkar, 
dengan penghalang atau pun tidak, juga antara 
kuburan yang lama maupun kuburan yang baru 
sekiranya dikubura mayat pertama kali bahkan 
seandainya mayat dikubur di dalam masjid maka juga 
demikian hukumnya. 
Dan menjadi hilang hokum kemakruhannya jika tidak 
sejajar dengan najis walaupun berada di dalam 
pekuburan, karena jauhnya dari orang-orang yang 
mati secara umum. Adapun pekuburan para nabi maka 
tidaklah makruh sholat di dalamnya karena mereka 
hidup di dalam kuburannya dan sholat, maka tidaklah 
menjadi najis “. 
Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya berkata : 
ﻭﻣﻤﻦ ﻛﺮﻩ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻭ 
ﻣﺸﺮﻛﻴﻦ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ 
ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻬﻢ ﻭﻋﻨﺪ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻻ ﻳﻌﻴﺪ ﻭﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﺟﺰﺃﻩ ﺇﺫﺍ 
ﺻﻠﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻧﺠﺎﺳﺔ ﻟﻸﺣﺎﺩﻳﺚ 
ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻣﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻭﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ 
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺑﻴﻮﺗﻜﻢ ﻭﻻﺗﺘﺨﺬﻭﻫﺎ ﻗﺒﻮﺭﺍ 
ﻭﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻣﺮﺛﺪ ﺍﻟﻐﻨﻮﻱ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ 
ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺗﺼﻠﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﻻﺗﺠﻠﺴﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻫﺬﺍﻥ ﺣﺪﻳﺜﺎﻥ 
ﺛﺎﺑﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ ﻭﻻﺣﺠﺔ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻷﻧﻬﻤﺎ ﻣﺤﺘﻤﻼﻥ 
ﻟﻠﺘﺄﻭﻳﻞ ﻭﻻﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻮﺿﻊ ﻃﺎﻫﺮ ﺇﻻ 
ﺑﺪﻟﻴﻞ ﻻ ﻳﺤﺘﻤﻞ )ﺝ 10 ﺹ -4851( 
“ Di antara ulama yang memakruhkan sholat di 
pekuburan baik kuburan muslimin atau musyrikin 
adalah imam Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, al-Awza’I, 
imam Syafi’I dan para ulama syafi’iyyahnya. Menurut 
imam Sufyan ats-Tsauri tidak perlu mengulangi lagi 
(sholatnya yang dilakukan di pekuburan). Menurut 
imam Syafi’i boleh sholat di pekuburan jika di tempat 
yang tidak ada najisnya Karena hadits-hadits yang telah 
diketahui dalam hal ini dank arena hadits riwayat Abu 
Hurairah bahwasanya Rasulullah Saw bersabda “ 
Sholatlah di rumah kalian dan jangan jadikan rumah 
kalian sebagai kuburan. Juga karena ada hadits riwayat 
Abi Martsad al-Ghonawi dari Nabi Saw bahwa beliau 
bersabda “ Janglah kalian sholat menghadap kuburan 
dan jangan duduk di atasnya. Dua hadits ini stabit dari 
sisi isnadnya dan tidak bisa diuat hujjah kedua hadits 
tsb karena mengandung kemungkinan adanya takwil 
dan tidak wajib melarang sholat di setiap tempat yang 
suci kecuali dengan dalil yang tidak mengandung takwil 
“. 
Sekarang kita simak pendapat imam Syafi’I sendiri 
dalam kitabnya al-Umm juz 1 halaman : 92 berikut 
ini : 
ﻭﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻘﺒﺮ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ؛ ﻭﺫﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﻭﺻﻔﺖ 
ﻣﺨﺘﻠﻄﺔ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﺑﺎﻟﻤﻮﺗﻰ ، ﻭﺃﻣﺎ ﺻﺤﺮﺍﺀ ﻟﻢ ﻳﻘﺒﺮ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﻂ ، ﻗﺒﺮ 
ﻓﻴﻬﺎ ﻗﻮﻡ ﻣﺎﺕ ﻟﻬﻢ ﻣﻴﺖ ، ﺛﻢ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻙ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻓﻠﻮ ﺻﻠﻰ ﺭﺟﻞ 
ﺇﻟﻰ ﺟﺎﻧﺐ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺃﻭ ﻓﻮﻗﻪ ، ﻛﺮﻫﺘﻪ ﻟﻪ ﻭﻟﻢ ﺁﻣﺮﻩ ﻳﻌﻴﺪ ؛ ﻷﻥ 
ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﻴﻂ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﻃﺎﻫﺮ ، 
ﻟﻢ ﻳﺨﺘﻠﻂ ﻓﻴﻪ ﺷﻲﺀ ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻟﻮ ﻗﺒﺮ ﻓﻴﻪ ﻣﻴﺘﺎﻥ ﺃﻭ ﻣﻮﺗﻰ " 
“ Dan pekuburan adalah tempat pengkuburan untuk 
umum. Demkian itu sebagaimana aku telah sifatkan 
yaitu bercampur dengan mayat-mayat. Adapun padang 
sahara, tidak ada satupun kuburan di dalamnya yang 
jika satu kaum kematian seseorang, kemudian tidak 
diaduk kuburan tersebut, maka seandainya ia sholat di 
samping kuburan tersebut atau di atasnya, maka aku 
menghukuminya makruh dan aku tidak 
memerintahkannya untuk mengulangi sholatnya, 
karena diketahui benar bahwa tanah itu suci tidak 
bercampur sedikitpun dengan sesuatu, demikian juga 
seandainya dikuburkan dua atau beberapa mayat di 
dalamnya “. 
Catatan : 
Cukup jelas nash imam Syafi’I tersebut memberikan 
faedah bahwa pekuburan yang tergali adalah najis dan 
tidak sah sholat di dalamnya. Adapun pekuburan yang 
tidak tergali, maka hukumnya suci dan sholat di 
dalamnya hukumnya sah. Demikian juga beliau imam 
Syafi’I mengembalikan illatnya (sebab pelarangan) pada 
dikhawatirkannya najis, jika najisnya hilang, maka 
hilanglah hokum kemakruhannya. 
Firanda berkata : 
Dan telah lalu atsar kisah Anas bin Malik yang sholat di 
dekat kuburan tanpa ia sadari, dan tentunya Anas tidak 
sedang mencari barokah dikuburan. Namun demikian 
ia tetap ditegur oleh Umar bin Al-Khottoob radhiallahu 
'anhu. 
Oleh karenanya wajib bagi Habib Munzir –yang telah 
menukil dan sepakat dengan perkataan Al-Baidhowi 
ini- untuk mendatangkan dalil yang mengkhususkan 
dalil-dalil umum dan mutlak larangan sholat di 
kuburan…!!! Karena sebagaimana yang dikenal dalam 
ilmu ushul fikih jika datang dalil secara umum dan 
mutlak lantas tidak ada dalil yang mengkhususkannya 
atau mentaqyidnya maka dalil tersebut tetap pada 
keumuman dan kemutlakannya. 
Jawabanya : 
Justru atsar tersebut menjelaskan kebolehan sholat di 
samping kuburan, karena saat itu Anas bin Malik sholat 
menghadap kuburan, lalu ketika Umar bin Khoththob 
menegurnya, maka Anas bin Malik melangkahi kuburan 
tersebut dan tetap melanjutkan sholatnya tanpa 
mengulangi sholatnya lagi dan bahkan Umar bin 
Khoththob pun tidak memerintahkannya utk 
mengulangi sholatnya. 
Oleh karena itu imam Ibnu Hajar mengomentari atsar 
tersebut setelah menukilnya sebagai berikut : 
ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﻣُﺮْﻩُ ﺑِﺎﻟْﺈِﻋَﺎﺩَﺓِ ﺍﺳْﺘَﻨْﺒَﻄَﻪُ ﻣِﻦْ ﺗَﻤَﺎﺩِﻱ ﺃَﻧَﺲٍ ﻋَﻠَﻰ 
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﻘْﺘَﻀِﻲ ﻓَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻟَﻘَﻄَﻌَﻬَﺎ ﻭَﺍﺳْﺘَﺄْﻧَﻒَ 
Dan perkataanya “Dan tidak menyuruhnya mengulangi 
(shalat)” merupakan istinbath dari meneruskannya 
Anas akan shalat. Andaikan yang demikian itu merusak 
shalatnya, tentu diputus shalatnya dan mengulanginya 
dari semula. [Fathul Bari libni Hajar I:524, Darul 
Ma’rifah, Beirut, 1379] 
Dan rupanya firanda tak paham kaidah ushul fiqih 
berikut ini : 
ﺍﻟﻨَﻬْﻲُ ﻳَﺪُﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﻓَﺴَﺎﺩِ ﺍﻟﻤُﻨْﻬِﻰِّ ﻋَﻨْﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﺒﺎﺩَﺍﺕِ ﺍَﻭِ 
ﺍْﻟﻤُﻌًﺎﻣًﻼﺕِ 
“ Pelarangan menunjukkan atas rusaknya perbuatan 
yang dilarang baik berupa perkara ibadah atau pun 
mu’amalah “. 
Misalnya : Larangan shalat dan puasa bagi wanita yang 
haid dan nifas, maka jika sholat tetap dilakukan, maka 
sholatnya rusak. 
Nah jika hadits sholat menghadap kuburan atau sholat 
di sisi kuburan sebuah larangan keharaman, maka 
sudah pasti kaidahnya sholat itu rusak dan batal. Tapi 
sahabat Anas bin Malik tidak mengulangi sholatnya, itu 
artinya sholat beliau sah dan tidak rusak. 
(Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
Tweet

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari Blog Aswaja Modern : Ahlussunnah Wal Jamaah Zaman Now Kembali Kepada Quran dan Hadits. Berlangganan melalui email sekarang juga:

Atau sobat juga bisa follow Blog Aswaja Modern : Ahlussunnah Wal Jamaah Zaman Now Kembali Kepada Quran dan Hadits dengan mengklik tombol di bawah ini:

follow mas sugeng

Artikel keren lainnya:

Blogger Templates
Ditulis oleh Islam Blog Aswaja pada tanggal Kamis, 16 Januari 2014
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda

Popular Posts

  • MAULID DHIYYA ULAMI(teks latin)
    Mawlid Ad Dhiya'ul Lami'  'Bismillahirahmanirr ahim  Ya rabbi shalli ‘ala Muhammad, habibikasy  sayfi’il musyaffa’  Ya rabbi sha...
  • Terjemahan kitab TANQIHUL QOUL syekh NAWAWI ALBANTANI
                                                          Muqoddimah بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين والعاقة للمتقين ولا عدوان إلا ...
  • TERJEMAH KITAB WASHIYATUL MUSHTOFA (Fasal. Menerangkan Tentang Wudlu dan Shalat)
    Tag: Blog Aswaja Indonesia Wahabi Syiah Salafi Sunni Ahlussunnah Wal Jamaah Habib Palsu Asli Islam Radikal Moderat Modern Tradisional Islam ...

Arsip Blog

  • ►  2017 (23)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (22)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (9)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2015 (87)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (7)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (13)
    • ►  Januari (19)
  • ▼  2014 (184)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (31)
    • ►  Juni (13)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (22)
    • ►  Februari (48)
    • ▼  Januari (47)
      • KHAWARIJ
      • Ulama' Salafy [Syaikh bin Jibrin] Tidak Mengingkar...
      • Akibat Mengebiri Perkataan Orang
      • Ustadz Baba Naheel [aswaja] vs Raja Saudi Tentang ...
      • Muhadatsah atawa Konferzeisyen
      • Santri NU vs Ustadz Wahabi
      • Setan Melarang Doa
      • Andai Esok Kiamat
      • Dialog al-Qur'an dan Sains Modern
      • Kenapa harus BERMADZHAB
      • Tidur dalam keadaan junub
      • TIMBULLAH FIRQOH
      • Hasyim Muzadi: Indonesia Kehilangan Ulama Negarawan
      • ISNU: Indonesia Kehilangan Ahli Fiqih Terbaik
      • Akibat Lupa Bershalawat kepada Rasulullah saw.
      • Poin-Poin ajaran wahabiyyah
      • BACA INI DAFTAR KESEMBRONOAN2 YANG DILAKUKAN ALBAN...
      • INILAH KAPASITAS KEILMUAN ALBANI MENURUT SALAH SEO...
      • Sanad keguruan Habibana Mundzir Al-musawwa
      • Penjelasan Allahu yarham habib Mundzir saat menjaw...
      • SHULTONUL QULUB
      • SYIAH & WAHABI KEMBAR SIAM
      • MEREKA KELUAR DARI MADZHAB HAMBALI
      • KAROMAH HABIBANA MUNDZIR AL MUSAWWA
      • Ringkasan Kitab Talim Mutalim Syekh Ibrahim Bin Is...
      • KITAB SAFINATUN NAJAH
      • MAULID DHIYYA ULAMI(teks latin)
      • NASHOIHUD IBAD SYEKH NAWAWI AL-BANTANI
      • TENTANG SYIAH
      • KEDUSTAAN FIRANDA
      • SUNNAH MELAFADZKAN NIAT
      • Membongkar fatwa menyimpang syekh albani & abdul h...
      • 313 NAMA-NAMA ROSUL
      • NAMA-NAMA PEJUANG AHLU BADAR
      • TUHAN WAHABI PUNYA BAYANGAN
      • Mahabbatun Nabi saw
      • Kisah Maulid
      • Membongkar fatwa menyimpang syekh albani & abdul h...
      • JANGANLAH MELUKAI HATI RASULULLAH SAW
      • KEDUSTAAN ALBANI
      • CINTA ULAMA
      • MAULID NABI SAW
      • LA ILAHA ILALLAH
      • Rahasia dakwah habibana
      • Wahabi vs ahlu sunnah
      • MAULID NABI
      • Bidah hasanah
  • ►  2013 (85)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (26)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (35)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2011 (20)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (7)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2010 (45)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2009 (34)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2008 (23)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (3)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2007 (61)
    • ►  Desember (7)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2006 (55)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (17)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
Diberdayakan oleh Blogger.
Copyright © 2014 Blog Aswaja Modern : Ahlussunnah Wal Jamaah Zaman Now Kembali Kepada Quran dan Hadits - Powered by Blogger
Template by Mas Sugeng - Versi Seluler