Keduanya adalah simbol pemimpin yang berani mengambil langkah. Gaya mereka berdua tegas, mereka berdua dijadikan ikon kegagahan dan keperkasaan dalam lembaran sejarah. Leonidas, Raja Polis Sparta yang kisah hidupnya diabadikan dalam kronik film ‘300’. Dalam Perang Pertempuran Thermopylae itu, ia memimpin 300 pasukan Sparta melawan Kekaisaran Persia yang dipimpin Xerxes. Ya, saat itu imperium Persia menaungi ratusan negeri, dan Xerxes yang keras kepala itu mengincar Daerah Yunani sebagai bentuk kecongkakannya.
Namun heroisme Leonidas bersama 300 pasukan setianya berhasil menahan 200.000 pasukan Persia itu, hingga tibalah pengkianat bernama Ephialtes yang menunjukkan jalan bagi Pasukan Persia untuk menembus celah guna menganguskan pertahanan Pasukan Leonidas. Gugurlah 300 pejuang itu setelah berkutat dan membunuh 20.000 tentara Persia (Pendapat Herodotus). Benar-benar fenomenal.
Dan Kronik yang menyejarah itu kini menjadi kebanggan bangsa barat di depan sejarah kegemilangan Persia.
Dan sekarang mari kita perekenalkan, seorang kekar besar nan tinggi yang namanya tertoreh dengan tinta emas. Dia sebelumnya adalah imuwan dan salah seorang sosiolog masyhur di kalangan Quraisy. Selain keilmuan yang mumpuni, watak dan tubuhnya membuatnya menjadi juara gulat berkali-kali, ia selalu menang gulat, kecuali dengan dua orang,; Nabi Muhammad dan Khalid bin Walid.
Umar namanya, Abu Hafsh Kunyah-nya, Al-Faruq laqab-nya . Kini namanya tertoreh dalam urutan ke-51 di Buku 100 Manusia Paling Berpengaruh versi Michael Hart. Walaupun banyak orang yang menyayangkan urutannya masuk ke 51, karena jasanya dalam membuat sistem pemerintahan dan khazanah keilmuan sebenarnya besar dan memukau.
Dalam paragraf atas kita telah membaca sekilas tentang hebatnya Leonidas menghadapi Xerxes, atau hematnya, Yunani versus Persia pada tahun 480 SM. Selang beratus tahun kemudian baru Umar bin Khattab dilantik menjadi Khalifah tahun 634 M, beliau memulai langkah baru yang mengungguli Leonidas dan Xerxes.
Beriring sabda Nabi ketika peristiwa Khandaq , Umar melangkah maju berkonsolidasi dengan panglimanya untuk menaklukkan dua imperium besar; Romawi dan Persia. Tanahnya Leonidas dan Xerxes. Tahun 636 Masehi pintu kemenangan nyaris terbuka bersamaan. Perang Yarmuk memukul Romawi dari Asia Minor, Perang Qadisiyah pimpinan Saad bin Abi Waqqash membuat kocar kacir pasukan Persia.
Kala itu, Keberanian Seorang Tentara Muslim berarti mengungguli heroisme Pasukan Yunani dan menandingi kekuatan pasukan Persia, bersamaan.
Mari kembali ke awal pembicaraan. Leonidas dan Umar. Kesemuanya adalah tokoh yang mewakili peradaban masing-masing. Leonidas adalah produk peradaban Romawi yang Keras, sedang Umar adalah hasil didikan Madrasah Nabi Muhammad di Arab nan terang dengan cahaya keislaman.
Figur kedua tokoh ini juga sama-sama sudah dibuat film. Yang satu diberi nama ‘300’, disutradai oleh Zack Snyder dan diproduksi tahun 2007, sedang Film ‘Umar’ disutradarai oleh Hatem Ali dari Syria. Adapun Film ‘300’ itu diproduksi untuk bisnis tentunya. Berbeda dengan Film ‘Umar’ yang hari ini dijadikan media bagi Guru-Guru sejarah Kebudayaan Islam untuk menggambarkan pada murid-muridnya tentang Sejarah Islam yang benar-benar terang benderang.
Kini kita berbicara tentang Perilaku tokoh. Memang benar keduanya telah menorehkan sejarah berani di lembar-lembar buku pengetahuan. Namun Leonidas adalah figur yang keras, keras watak dan hati. Dalam Polis Sparta, ada sebuah tradisi bernama Agoge, tradisi ketika seorang anak lelaki harus dikarantina di kamp-kamp militer Sparta, mereka dididik untuk bertahan hidup dengan segala cara, termasuk berkelahi, mencuri, memukul orang lain.
Hal itu membuat Tokoh Leonidas bagi kita tak bisa dijadikan teladan, samasekali tidak.
Sedang Umar, masa kelamnya memang ada. Masa-masa jahiliyahnya memang terekam dalam sirah Nabawiyah. Namun seketika ia mencetak kain putih untuk menutup masa kelam hidupnya, menghias kain putih hidupnya dengan khazanah keilmuan dan perjuangan gagah memukau.
Dan akhirnya kini, nama Umar bin Khattab tersebut dalam Doa-doa para khatib, dalam dzikir pagi dan sore kita.
Ya, kesimpulannya; keduanya sama-sama tokoh besar, namun sejarah mencatatnya berbeda. Yang satu sekedar besar karena pertempuran heroiknya melawan Persia. Yang satunya besar karena berhasil menyatukan Antara Yunani dan Persia, dalam satu bendera; Islam.
Dan, Sejarah Umar bin Khottob menjadi hikmah besar bagi kita, Dia tanpa islam mungkin hanya tetaplah Penyembah Roti dan Batu, namun Islam mengubah jalan hidupnya, dari hanya Tokoh Lokal Mekkah, menuju Khalifah yang mengatur lebih dari 25 negara yang berbeda bahasa.
Sama halnya dengan yang lain. Tersebutlah rakyat jelata Persia bernama Salman, datang dari Persia , memeluk islam, berjuang dan terdidik oleh Allah, dan akhir hidupnya beliau menjadi Gubernur. Bilal juga, budak Habasyah yang dibebaskan Abu Bakar itu di akhir hidupnya menjadi Gubernur.
Sungguh Islam membuat manusia menjadi besar dan mencatat sejarah besar.
Sumber