Allah mengibaratkanmu dengan pemakan
bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan
tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau
tak akan menggunjing sesama muslim.
Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu
mempunyai aib, baik yang tampak secara
lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah
engkau sudah meninggalkan maksiat, baik
secara rahasia maupun terang-terangan? Jika
engkau menyadari hal itu, ketahuilah bahwa
ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari
apa yang kau nisbatkan padanya sama seperti
ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau
tidak suka jika kejelekanmu disebutkan, ia juga
demikian. Apabila engkau mau menutupi
aibnya, niscaya Allah akan menutupi aibmu.
Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah
akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-
cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan
membuka aibmu di akhirat di hadapan para
makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau
melihat lahir dan batinmu lalu engkau tidak
menemukan aib dan kekurangan, baik dari
aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah
bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu
merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak
ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan
tersebut. Sebab, jika Allah menginginkan ke
baikan bagimu, niscaya Dia akan
memperlihatkan aib-aibmu. Tapi, apabila
engkau melihat dirimu dengan pandangan rida,
hal itu merupakan puncak kebodohan.
Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar,
bersyukurlah pada Allah Swt. Jangan malah
engkau rusak dengan mencela dan
menghancurkan kehormatan mereka. Sebab, hal
itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat: mendebat orang. Karena, dengan
mendebat, kita telah menyakiti, menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat.
Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta
merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga
menghancurkan kehidupan. Manakala engkau
mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu.
Sedangkan manakala engkau mendebat orang
pandai, ia akan membenci dan dengki padamu.
Nabi Saw. bersabda, "Siapa yang
meninggalkan perdebatan sedang ia dalam
keadaan salah, maka Allah akan membangun
untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan
siapa yang meninggalkan perdebatan padahal
dia dalam posisi yang benar Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di surga
yang paling tinggi."
Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang
berkata padamu, "Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu
akan menjerumuskan orang dungu kepada
keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan
sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan
sehingga dia mengejekmu. Menampakkan
kebenaran kepada mereka yang mau
menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi
hal itu harus dilakukan dengan cara
memberikan nasihat secara rahasia bukan
dengan cara mendebat. Sebuah nasihat
memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus
dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia
hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga
kebukannya lebih banyak daripada kebaikan
yang ditimhulkannya. Orang yang sering
bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki
karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam.
Sebab, para ulama su' tersebut mengatakan
padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu
yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan
satu kebanggaan. Oleh karena itu, hindarilah
mereka sebagaimana engkau menghindar dari
singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab
datangnya murka Allah dan murka makhluk-
Nya.
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa. Allah
Swt. berfirman, "Jangan kalian merasa suci.
Dia yang lebih mengetahui siapa yang
bertakwa" (Q.S. an-Najm: 32). Sebagian ahli
hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang buruk?"
Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji
dirinya sendiri." Janganlah engkau terbiasa
demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan
mengurangi kehormatanmu di mata manusia
dan mengakibatkan datangnya murka Allah
Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa
membanggakan diri tak membuat manusia
bertambah hormat padamu, lihatlah pada para
kerabatmu manakala mereka membanggakan
kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka
sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka
dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau
mencela mereka di belakang mereka. Jadi
sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian
ketika engkau mulai membanggakan diri. Di
dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu
akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak ber
ada di hadapanmu.
Keenam: mencela. Jangan sampai engkau
mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan,
makanan, ataupun manusia. Janganlah engkau
dengan mudah memastikan seseorang yang
menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik.
Karena, yang mengetahui semua rahasia
hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu, jangan
mencampuri urusan antara hamba dan Allah
Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat
engkau tak akan ditanya, "Mengapa engkau
tidak mencela si fulan? Mengapa engkau men
diamkannya?" Bahkan, walaupun engkau tidak
mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau
melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya
tentang hal itu serta tak akan dituntut
karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau
mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru
engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca
sesuatu pun dari makhluk Allah Swt. Nabi
Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela
makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera
dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika
tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh: mendoakan keburukan bagi orang lain.
Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan
keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika
ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan
urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah
hadis disebutkan, "Seorang yang dianiaya
mendoakan keburukan bagi yang menganiaya
dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian
yang menganiaya masih memiliki satu
kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada
hari kiamat." Sebagian orang terus mendoakan
keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf
berkata, "Allah menghukum orang-orang yang
telah mencela Hajjaj untuknya, sebagaimana
Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang
telah ia aniaya."
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina
orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi
serius maupun canda karena ia bisa
menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga
merupakan pangkal timbulnya murka dan
marah serta dapat menanamkan benih-benih
kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu,
jangan engkau bercanda dengan seseorang dan
jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau
balas. Berpalinglah sampai mereka mem
bicarakan hal lain.
Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada
lidah. Yang perlu kau lakukan adalah
mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali
dalam keadaan darurat. diceritakan bahwa Abu
Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah batu
di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat
perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu
berkata, "Inilah yang menjadi segala sumber
bagiku. kekanglah ia sekuat tenagamu, karena
ia merupakan faktor utama yang membuatmu
celaka di dunia dan akhirat."
Adapun perut, maka jangan kau isi ia dengan
barang haram atau syubhat. Berusahalah
untuk mencari yang halal. Jika engkau telah
mendapatkan yang halal, berusahalah
mengkonsumsinya tidak sampai kenyang.
Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan
hati, merusak akal, menghilangkan hafalan,
memberatkan anggota badan untuk beribadah
dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat,
serta membantu tentara setan. Jika kenyang
dari makanan halal merupakan awal segala
keburukan, bagaimana jika dari yang haram?
Mencari sesuatu yang halal merupakan
kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan
menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi
makanan haram seperti membangun di atas
kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup
selama setahun memakai baju yang kasar, lalu
selama sehari semalam memakan dua potong
roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa
yang lezat bagi manusia, maka engkau tak
butuh pada yang lain. Barang yang halal
sangat banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan
dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri
dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu
adalah haram. Atau setelah dilihat dari ciri-ciri
yang terkait dengan harta tersebut, engkau bisa
menduga bahwa itu adalah haram. Apayang
sudah diketahui tampak jelas secara lahir,
sementara yang bersifat dugaan tampak
dengan adanya ciriciri. Misalnya harta
penguasa dan para pekerjanya, harta orang
yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual
khamar, riba, judi, dan sebagainya. Jika
engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya
adalah haram, maka apa yang kau terima
darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk
haram karena adanya dugaan yang kuat tadi.
Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta
wakaf tanpa izin atau syarat dari si pemberi
wakaf. Siapa yang melakukan maksiat,
kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun
yang ia terima atas nama kesufian adalah
haram.
Kami telah menyebutkan hal-hal yang terkait
dengan masalah syubhat, halal, dan haram
dalam satu kajian tersendiri pada kitab Ihya
Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut karena
mengetahui yang halal dan haram wajib
hukumnya bagi setiap muslim sebagaimana
salat lima waktu.
Adapun kemaluan,