Muslimedianews.com ~ Meskipun masyarakat Indonesia dahulu dikenal banyak buta huruf, namun sebenarnya mereka tidak buta huruf, sebab sebelum mengenal huruf latin, mereka telah mengenal huruf (aksara) kaganga dan huruf al-Qur'an (huruf arab).
Aksara Kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong dan lain-lain.
Saat itu huruf kaganga digunakan untuk saling tukar informasi dan mencatat temuan obat-obatan, rempah-rempah dan lain sebagainya.
Namun peran huruf kaganga tidak sedahsyat peran huruf-huruf (aksara) al-Qur'an. Keberhasilan ulama berdakwah masa itu membuat banyak masyarakat mahir membaca huruf-huruf al-Qur'an, hingga ulama pun mulai menerbitkan karya-karya mereka berbentuk naskah dan kitab dengan memanfaatkan huruf jawi.
Disamping juga juga ada huruf pegon. Sekarang kita temukan banyak naskah dan kitab karya ulama yang ditulis dengan menggunakan huruf arab namun dengan bahasa jawa, sunda, dan melayu pada umumnya.
Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Munculnya huruf pegon ini membuat penulisan kitab dan naskah semakin semarak hingga membuat ummat menjadi semarak untuk belajar membaca. Hal ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan program pemberantasan buta aksara latin dan pembelajaran huruf latin berbasis al-Quran. Gagasan ini merupakan gagasan cemerlang dan jenius para ulama.
Kesuksesan para ulama ini, ternyata membuat iri kalangan missionaris kristen (penyebar agama kristen). Mereka disebut juga zendeling (dari bahasa Belanda yang artinya pengutusan).
Misionaris/Zending kristen hingga merasa perlu meniru ulama Islam. Mereka pun mensosialisasikan dan memperkenalkan Kitab Injil dengan berbasis al-Qur'an (aksara arab). Mereka berlomba loma menulis naskah untuk penyebaran Injil yang dicetak dengan huruf al-Quran.
Tapi hasil dari usaha missionaris ini hingga kini tidak menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi tentu saja mereka tetap berharap suatu saat umat Islam akan terkecoh.
Gambar disamping/diatas adalah Kitab Injil yang ditulis dengan menggunakan aksara arab (huruf-huruf al-Qur'an) namun berbahasa Indonesia. Memang sangat mirip dengan naskah dan kitab yang ditulis oleh ulama yang menggunaan huruf pegon. Bagi yang kurang teliti mungkin akan terkecoh, bahkan akan menyangkan sebagai kitab kuning yang biasa di kenal di pesantren.
Itu kesuksesan dakwah para ulama, hingga membuat iri para "pendakwah" dari pemeluk agama lainnya.
Sumber
Artikel keren lainnya: