Dulu Syeikh Nawawi al-Bantani (masih
berusia belasan tahun) pernah sholat di
masjid Pakojan Jakarta Kota dekat kediaman
Habib Utsman bin Yahya. Ketika usai sholat
Syeikh Nawawi menghampiri dan berkata
kepada Habib Utsman dengan nada lemah
lembut dan penuh hormat (kebetulan Habib
Utsman berada di dalam masjid): Wahai
Habib yang saya hormati ! Sebelumnya saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jawab
Habib: Ya, ada apa anak muda? Begini Habib:
Masjid ini kurang ngiblat dan kurang nyerong
ke sebalah kanan (ke arah Utara). Kata Habib
Utsman: Masid ini sudah saya ukur dengan
alat kompas dan berdasarkan ilmu falak
(memang Habib Utsman adalah seorang
pakar ilmu falak).
Kemudian, Syeikh Nawawi al-Bantani dengan
sopannya menunjuk ke arah kiblat dan
seketika itu juga ka'bah kelihatan dengan
amat jelasnya di hadapan mereka berdua.
Menyaksikan itu, Habib Utsman bin Yahya
terperanjat dan kemudian langsung
menubruk dan ingin mencium tangan Syeikh
Nawawi al-Bantani, namun Syeikh Nawawi
menarik dan menolak tangannya untuk
dicium tangani oleh Habib Utsman bin Yahya,
dan beliau berkata: Wahai Habib yang mulia !
Saya tidak pantas untuk dicium tangani oleh
Habib, Karena, Habib adalah orang mulia dan
turunan Rasulullah, sedangkan saya adalah
orang kampung biasa.
Mendengar kata-kata Syeikh Nawawi al-
Bantani itu, kemudian Habib Utsman bin
Yahya langsung merangkul badannya Syeikh
Nawawwi dan mereka saling berpelukan
sambil menangis bercucuran air mata.
Terus terang ketika menulis kisah ini, saya
juga ikut menangis karena terharu
Wrote:Kh.thobary sadzili an-nawawi al-bantani
Artikel keren lainnya: